Halaman

BAB 8


BAB 8 - Pengumpulan Kebajikan Lewat Tindakan Luhur


Sang Buddha berkata :

“Yang Arya Ananda. Biksu Dhammakara pernah mengucap 48 ikrar utamanya sebelum kepada Lokesvara Raja Tathagata. Beliau pernah mengucapkan ikrar di dalam perhimpunan besar yang terdiri dari para Dewa,  Mara, Brahmana, serta 8 Kelompok Makhluk Pelindung Dhamma.


Sejak Ikrar Agungnya diumumkan, Beliau terus mencurahkan segenap semangatnya kepada tanah sucinya. Berlatih diri agar dapat mengindahkan, memegahkan tanah suci Buddhanya supaya dapat menjadi tanah suci yang paling bahagia dan menakjubkan.


Biksu Dhammakara berjuang terus-menerus mengumpulkan jasa-jasa kebajikan berdasarkan praktik Bodhisattva. Lahir maupun batin dijaga agar tetap suci terbebas dari nafsu, amarah, dan segala sesuatu yang dapat membahayakan pikirannya. Ia juga tidak terikat kepada 6 ayatana, yaitu bentuk, suara, aroma, cita rasa, sentuhan dan pikiran.


Beliau memiliki daya kesabaran dan selalu tidak mempedulikan segala kerugian diri. Beliau sama sekali tidak mengenal ketamakan, kebencian, dan kebodohan.


Beliau selalu berada di dalam Samadhi maka kebijaksanaannya lancar tanpa halangan sedikit pun. Hatinya jujur, tulus, tidak munafik, manis dan damai.


Demikian pula kata-katanya dan aura wajahnya penuh dengan cinta kasih. Beliau akan menjawab pertanyaan seseorang dengan sejelas-jelasnya agar orang itu terlepas dari keraguan.


Ia berusaha mencapai kemajuan besar, tidak pernah merasa lelah. Yang ia cari hanya segala sesuatu yang bermanfaat bagi semua makhluk.


Ia amat menghormati Triratna, guru, dan orang tuanya.


Dengan kebajikan dan kebijaksanaannya, ia berhasil menyelesaikan tugasnya dan mampu menuntun para makhluk untuk menjalani kesucian.


Ia selalu berada di dalam 3 samadhi luhur, yaitu kekosongan, tanpa kesan, dan tanpa nafsu. Dengan pikiran tanpa tindakan dan tanpa muncul ia mampu memahami bahwa segala sesuatunya hanyalah ilusi belaka.


Menjauhkan diri dari ucapan kasar, yang akan menyakiti diri sendiri, orang lain, dan kedua belah pihak. Ia juga mempelajari tata bahasa yang sopan santun agar berguna bagi diri sendiri, orang lain dan kedua belah pihak.


Semenjak Biksu Dhammakara meninggalkan istana, tahta, kekayaan, dan keluarganya, ia langsung melatih 6 Paramita dan mengajarkannya kepada umat lain. Setelah menjalani pelatihan diri selama banyak kalpa, mengumpulkan benih-benih karma baik dan kesucian batin, di mana pun ia terlahirkan pasti akan muncul mustika yang banyaknya tak terhitungkan sesuai keinginannya.


Biksu Dhammakara juga mengajar dan membina makhluk yang tak terhitung jumlahnya, menuntun mereka menapaki Jalan Utama hingga mencapai pencerahan. Ia juga pernah menjelmakan dirinya menjadi beragam bentuk rupa, mulai dari sesepuh, umat awam, orang terhormat, pejabat, Raja, Raja Dunia, Raja Dewa, Raja Brahma, dan lainnya.


Ia juga sering mengadakan puja bakti dengan mempersembahkan 4 kebutuhan pokok Sangha (Catvarah Pratyayah : makanan, pakaian, tempat tinggal, dan obat-obatan) kepada para Buddha. Buah kebajikan itu sungguh tak terlukiskan dan tak tertandingi.


Udara nafasnya selalu wangi dan segar seperti bunga utpala. Pori-porinya selalu mengeluarkan wangi kayu cendana yang menyerbak hingga ke berbagai dunia. Wajahnya anggun dan menawan, dan penampilannya sungguh agung.


Dari tangannya ia dapat mengeluarkan mustika yang tiada habis-habisnya, termasuk pakaian, makanan dan minuman, perhiasan seperti bunga-bunga indah, dupa wangi, dan kanopi serta panji sutra. Kualitas dan nilai benda-benda itu semuanya melebihi yang dimiliki para Dewa. Ia telah memperoleh banyak jasa-jasa kebajikan.”