BAB 7 - 48 Ikrar Agung
Biksu Dhammakara berkata kepada Lokesvara Raja Buddha : “Aku siap mengumumkan, sudi kiranya Lokanatha dapat memperhatikannya.
Inilah 48 ikrar tekad utamaku;
Ikrar Agung ke-1
Saat aku menjadi Buddha, seandainya masih terdapat 3 Alam Kesedihan seperti neraka, setan kelaparan, dan binatang di tanah suciku, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna (Samyak Sambuddha).
Ikrar Agung ke-2
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya usianya telah habis dan mereka masih dilahirkan ke 3 alam sengsara, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-3
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya seluruh badannya tidak berwarna keemasan, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-4
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya warna kulit dan bentuk jasmaninya tidak serupa, penampilan mereka ada yang cantik dan ada yang buruk, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-5
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya mereka tidak menguasai ilmu mengingat kehidupan masa lampaunya (Purvanivasanu), dan mereka tidak mampu mengingat kejadian dari 100.000 koti nayuta kalpa, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-6
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya mereka tidak memiliki mata batin (Caksu), dan mereka tidak mampu melihat 100.000 koti nayuta tanah suci Buddha, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-7
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya mereka tidak memiliki telinga surga (Divyasrotra), dan mereka tidak mampu mendengar khotbah-khotbah dari 100.000 koti nayuta Buddha, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-8
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya mereka tidak memiliki keahlian membaca pikiran makhluk-makhluk lain (Paracittajnana), dan mereka tidak mampu mengetahui pikiran makhluk dari 100.000 koti nayuta tanah suci Buddha, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-9
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya mereka tidak memiliki keterampilan kaki surga (Riddhividhi), dan mereka dengan sekejap tidak mampu mengarungi 100.000 koti nayuta tanah suci Buddha, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-10
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya mereka belum memiliki kemampuan memusnahkan kekotoran batin (Asravaksaya), dan mereka hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-11
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya mereka tidak berada golongan makhluk yang pasti akan menapak maju di Jalan Utama kebodhian hingga akhirnya mencapai nibbana, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-12
Saat aku menjadi Buddha, seandainya sinar keagunganku terbatas, dan tidak dapat menyinari 100.000 koti nayuta tanah suci Buddha, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-13
Saat aku menjadi Buddha, seandainya panjang hidupku terbatas, dan hanya sepanjang 100.000 koti nayuta kalpa, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-14
Saat aku menjadi Buddha, para Sravaka yang berada di tanah suciku, seandainya dalam waktu 100.000 kalpa jumlahnya dapat dihitung dengan tepat oleh para Pratyekabuddha dari alam Trisaharsa Mahasaharsa, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-15
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, usianya tidak terbatas, kecuali atas kehendaknya sendiri memilih pendek usia, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-16
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya di antara mereka ada yang berbuat jahat, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-17
Saat aku menjadi Buddha, seandainya para Buddha yang berada di dunia di 10 penjuru yang tak terhitung tidak memulaikan namaku, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-18
Saat aku menjadi Buddha, para makhluk yang berada di dunia di 10 penjuru, setelah mendengar namaku lalu timbul keyakinan ingin dilahirkan di tanah suciku, walaupun hanya melafal namaku sepuluh kali, seandainya tidak dapat menitis di tanah suciku, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Kecuali mereka pernah melakukan 5 Dosa Besar / Pancanantarya (membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh seorang arahat, melukai seorang Buddha, dan memecah belah Sangha) dan pernah memfitnah Dhamma Luhur.
Ikrar Agung ke-19
Saat aku menjadi Buddha, para makhluk yang berada di dunia di 10 penjuru yang telah membangkitkan tekad menyelamatkan seluruh makhluk (Bodhicitta), telah mempraktikkan dan mengamalkan berbagai kebajikan dan Dhamma, dan mereka bertekad menitis di tanah suciku.
Pada saat mereka akan menghembuskan nafas terakhir, seandainya aku tidak bersama-sama dengan rombonganku menampakkan diri di depan mereka, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-20
Saat aku menjadi Buddha, para makhluk yang berada di dunia di 10 penjuru, setelah mendengar namaku mengarahkan hatinya pada tanah suciku dan menanam berbagai benih kebajikan kemudian jasa-jasanya disalurkan (Parinamana) kepada tanah suciku, seandainya tanah suciku tidak dapat menerima jasa-jasa itu, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-21
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, seandainya seluruh badannya tidak dilengkapi dengan 32 ciri-ciri fisik agung (Dvatrimsa Maha Purisa Lakkhana), maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-22
Saat aku menjadi Buddha, maka para Bodhisattva yang berasal dari tanah suci Buddha lain, yang menitis di tanah suciku, semua akan mencapai kebuddhaan hanya dalam sekali titisan, kecuali :
- Jika mereka telah mempunyai cita-cita akan menjelmakan tubuhnya untuk muncul di mana pun. Demi makhluk-makhluk menderita mereka akan mengumpulkan jasa-jasa sebanyak-banyaknya untuk membebaskan mereka dari belenggu penderitaan, dan cita-citanya akan tercapai.
- Jika mereka akan menjelajah ke berbagai tanah suci Buddha, guna mempraktikkan pelaksanaan tugas Bodhisattva (Bodhisattva Carita) di sana, dan cita-citanya akan tercapai.
- Jika mereka ingin mengadakan puja bakti untuk mengabdi kepada para Buddha yang berada di dunia di 10 penjuru, dan cita-citanya akan tercapai.
- Jika mereka ingin membimbing para umat yang banyaknya bagaikan butiran pasir sungai Gangga, agar umat-umat tersebut dapat menegakkan Dhamma Luhur di dalam hatinya dan dapat meningkatkan kesucian mereka hingga melampaui Bhumi Bodhisattva, agar segala contoh-contoh tentang Samantha Bhadra Guna dapat dihayati oleh para umat yang dibimbingnya hingga sukses. Seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-23
Saat aku menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di tanah suciku, dengan bertumpu pada kesaktian Buddhaku (Riddhibala Buddha), mereka hendak melakukan puja bakti kepada para Tathagata, seandainya mereka tidak dapat mengunjungi tanah suci-tanah suci Buddha yang banyaknya ber-koti-koti nayuta yang tak terhingga dalam waktu sekejap, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-24
Saat aku menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di tanah suciku, tiba di hadapan para Buddha di berbagai tanah suci dan mereka ingin mempergunakan jasa-jasa kebajikannya untuk memunculkan bermacam-macam sajian agung serta alat-alat pujaan dalam puja bakti kepada para Buddha, seandainya segala sajian dan alat-alat yang dimaksudkan oleh mereka tidak muncul dengan memuaskan, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-25
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva yang berada di tanah suciku, seandainya mereka tidak mampu berkhotbah tentang segala pengetahuan Buddha (Sarvajna), maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-26
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva yang berada di tanah suciku, seandainya mereka tidak memiliki tubuh sekuat intan (Vajra Narayana), maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-27
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa, manusia dan segala benda yang berada di tanah suciku, semuanya suci murni, bercahaya dan indah. Bentuk, warna dan jenisnya juga unik. Smeua makhluk maupun benda sedemikian cantik, halus dan menarik. Jumlahnya juga sulit dihitung. Seandainya ada makhluk cerdas dan memiliki mata batin di tanah suciku dapat menyebutkan satu per satu makhluk dan benda itu, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-28
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva yang berada di tanah suciku, seandainya karena jasa kebajikannya sedikit sehingga tidak mampu mengetahui dan melihat pancaran sinar berwarna yang tak terhingga jumlahnya dari pohon bodhi yang berada di mandalaku dan berketinggian 4 juta yojana (1 yojana = 15 mil) itu, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-29
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva yang berada di tanah suciku yang telah diajarkan segala Buddha-Dhamma, seandainya mereka tidak menguasai lidah fasih (Pratibhana) dan kebijaksanaan (Prajna), maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-30
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva yang berada di tanah suciku, seandainya kebijaksanaan dan keterampilan lidah fasihnya terbatas, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-31
Saat aku menjadi Buddha, tanah suciku sangat bersih dan suci, sinar keagunganku akan menembusi semua tanah suci Buddha yang berada di 10 penjuru yang tak terbatas laksana cermin yang membiaskan wajah seseorang, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-32
Saat aku menjadi Buddha, mulai dari permukaan tanah hingga ke angkasa di tanah suciku terdapat banyak istana, pagoda, kolam, saluran air, bunga dan pepohonan. Seluruh benda yang ada semuanya terbuat dari berbagai mustika tak ternilai dan dipadu dengan 100.000 jenis wewangian.
Semua yang ada begitu ajaib dan kemuliaannya melampaui alam Surga dan manusia. Pada saat aromanya membumbung hingga ke 10 penjuru dunia, para Bodhisattva yang mencium aromanya akan selalu melatih pelaksanaan tingkat kebuddhaan, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-33
Saat aku menjadi Buddha, makhluk apa saja yang berada di tanah suci Buddha yang berada di 10 penjuru dunia yang tak terhitung, bila tubuh mereka terpancar oleh sinar keagunganku, maka pikiran dan jiwa mereka akan merasakan kelembutan yang melampaui alam Dewa dan manusia, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-34
Saat aku menjadi Buddha, makhluk apa saja yang berada di tanah suci Buddha yang berada di dunia di 10 penjuru yang tak terhitung, setelah mendengar namaku, seandainya mereka tidak dapat memiliki ketetapan batin kepada nibbana (Anutpatika Dhamma Ksanti) serta menguasai berbagai mantera penting, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-35
Saat aku menjadi Buddha, para wanita yang berada di 10 penjuru dunia yang tak terhitung, setelah mendengar namaku lalu muncul keyakinan dan kebahagiaan, serta membangkitkan bodhicitta-nya.
Lalu, mereka tidak ingin lagi terlahir sebagai wanita, seandainya mereka masih terlahir sebagai wanita pada kehidupan selanjutnya, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-36
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva dari berbagai tanah suci Buddha yang berada di dunia di 10 penjuru yang tak terhitung, setelah mendengar namaku, maka setelah usianya berakhir akan terlahir sebagai seorang pelaksana Dhamma hingga akhirnya mencapai kebuddhaan, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-37
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia dari berbagai tanah suci Buddha yang berada di dunia di 10 penjuru yang tak terhitung, setelah mendengar namaku, maka mereka akan memberi penghormatan kepadaku dan timbul keyakinan dengan amat bahagia, kemudian melatih di Jalan Bodhisattva, sehingga dimuliakan oleh Dewa dan manusia, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-38
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku menginginkan jubah, mereka cukup merenungkan sekejap saja, maka jubah yang selalu dipuji Buddha akan muncul dengan sendirinya, seandainya jubah yang mereka dapat masih harus dijahit, diwarnai, atau dibersihkan, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-39
Saat aku menjadi Buddha, para Dewa dan manusia yang berada di tanah suciku, mereka selalu merasakan kebahagiaan yang seperti dirasakan oleh Biksu yang telah terbebas dari noda (Asravaksaya), seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-40
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva yang berada di tanah suciku, jika ingin melihat tanah suci Buddha yang berada di 10 penjuru yang tak terhitung, kapan pun mereka ingin melihatnya, cukup melihat melalui pepohonan mustika maka semua akan tampak sejelas cermin membiaskan wajah seseorang, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-41
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva dari berbagai tanah suci Buddha lain, yang hampir mencapai kebuddhaan, seandainya setelah mendengar namaku namun panca inderanya masih memiliki kekurangan, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-42
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva dari berbagai tanah suci Buddha lain, setelah mendengar namaku maka mereka akan memiliki Samadhi luhur tanpa terikat pada apapun (Suvibhaktavati) dan hanya dengan merenung sekejap mereka akan berada di depan Buddha yang banyaknya tak terhitung untuk berpuja bakti, namun mereka akan tetap berada dalam keadaan Samadhi luhur, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-43
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva dari berbagai tanah suci Buddha lain, setelah mendengar namaku, setelah usianya berakhir akan terlahir di dalam keluarga mulia, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-44
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva dari berbagai tanah suci Buddha lain, setelah mendengar namaku, merasa amat bahagia melatih Jalan Bodhisattva seraya mengumpulkan jasa-jasa kebajikan untuk mencapai kebuddhaan, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-45
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva dari berbagai tanah suci Buddha lain, setelah mendengar namaku, akan memiliki Samadhi luhur dengan batin yang seimbang (Samantanugata), dan selalu berada di dalam keadaan Samadhi luhur hingga mencapai kebuddhaan.
Mereka akan berjumpa dengan para Buddha yang banyaknya tak terhingga, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-46
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva yang berada di tanah suciku, mereka akan mendengarkan pembabaran Dhamma sesuai keinginan dan tingkat kebijaksanaan mereka, seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-47
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva dari berbagai tanah suci Buddha lain, setelah mendengar namaku, akan mencapi batin yang terus maju menuju kebodhian tanpa mundur (Anuttara Samyak Sambodhi), seandainya tidak demikian, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
Ikrar Agung ke-48
Saat aku menjadi Buddha, para Bodhisattva dari berbagai tanah suci Buddha lain, setelah mendengar namaku, mereka hanya mampu menguasai salah satu, atau dua dari tiga Dhamma Ksanti *, serta tidak mampu memperoleh Dhamma menuju keadaan batin yang terus maju menuju kebodhian tanpa mundur, maka aku tak akan mencapai penerangan sempurna.
* 3 Dhamma Ksanti :
1. Dengan mendengar mampu mengerti makna-makna Dhamma (Ghosanugata Dharma Ksanti)
2. Batin yang halus dan lembut (Anulomiki Dhamma Ksanti)
3. Batin menetap pada nibbana, atau dalam keadaan tanpa kelahiran-kematian (Anutpattika Dhamma Ksanti).
Sang Buddha lalu berkata kepada Ananda :
“Yang Arya Ananda. Saat ke-48 Ikrar Agung selesai disampaikan, Biksu Dhammakara mengucapkan gatha-gatha kepada Lokasrava Raja Tathagata :
“Berikrar untuk mengubah sebuah dunia,
aku pasti akan mencapai kesadaran agung,
jika ikrarku tak terpenuhi,
aku bersumpah untuk tidak mencapai penerangan sempurna.
Jika aku bukan seorang dermawan agung,
yang selama banyak kalpa,
secara universal menjaring mereka yang miskin dan menderita,
aku bersumpah untuk tidak mencapai penerangan sempurna.
Setelah aku mencapai kesadaran seorang Buddha,
namaku akan tersebar ke 10 penjuru,
jika ada yang tidak pernah mendengar namaku,
aku bersumpah untuk tidak mencapai penerangan sempurna.
Melepaskan segala nafsu dan mempertahankan ketenangan pikiran,
aku akan berlatih di Jalan Brahma dengan kebijakan mulia,
berusaha mencapai kebodhian,
aku akan menjadi Guru para Dewa dan manusia.
Akan kupancarkan sinar lewat kesaktianku,
memancar luas ke dunia yang tak terhitung,
untuk memusnahkan kegelapan dari 3 Sumber Derita,
dan menyelamatkan umat dari kesengsaraan.
Aku akan membuka mata kebijaksanaan para umat,
dan memusnahkan kegelapan dan kebutaan mereka,
aku akan menutup jalan menuju alam sengsara,
dan membuka pintu menuju alam bahagia.
Saat kebajikanku telah lengkap,
sinarku yang agung akan menerangi 10 penjuru,
sinar matahari dan bulan tak dapat menandingi,
dan sinar langit bagaikan lenyap.
Kubuka pintu Dhamma untuk semua,
dan memberi mereka harta kebajikan,
di tengah kumpulan para umat,
akan kuraungkan Dhamma dengan auman singa.
Aku akan melakukan puja bakti kepada semua Buddha,
menyempurnakan akar kebajikanku,
kuharap kebijaksanaanku dapat berkembang sepenuhnya,
menjadi pahlawan di 3 Kelompok Alam Kehidupan.
Seperti Buddha yang memiliki kebijaksanaan tak terhalang,
menembusi segala sesuatu di segala tempat,
kuharap kekuatan kebajikanku,
dapat setara dengan para Buddha.
Jika ikrarku tercapai,
ribuan dunia akan bergetar,
dan para Dewa yang berada di langit,
akan menghujani bunga mandarava.”
Sang Buddha berkata kepada Ananda :
“Yang Arya Ananda. Saat gatha-gatha itu selesai diucapkan oleh Biksu Dhammakara, segeralah seluruh alam merasakan 6 macam guncangan dan bunga-bunga mandarava turun bagai hujan dari langit.
Dari langit juga terdengar musik surgawi berkumandang dengan suara-suara merdu serta sedap didengar. Semuanya memuji biksu Dhammakara.
Yang Arya Dhammakara. Pastilah anda akan mencapai anuttara samyak sambuddha.
Dari langit juga terdengar musik surgawi berkumandang dengan suara-suara merdu serta sedap didengar. Semuanya memuji biksu Dhammakara.
Yang Arya Dhammakara. Pastilah anda akan mencapai anuttara samyak sambuddha.
Biksu Dhammakara dengan segenap tenaga mempraktekkan Dhamma tanpa henti-hentinya, sehingga setiap ikrar utamanya dapat disempurnakan satu per satu. Sungguh, tiada keliru sedikit pun. Ia melampaui dunia dan berbahagia di dalam nibbana.