Halaman

BAB 38


BAB 38 - Terlahir Lewat Kandungan Akibat Keragu-Raguan


Pada saat itu Maitreya Bodhisattva bertanya kepada Sang Buddha :

Sang Bhagava. Mengapa umat di tanah suci itu ada yang lahir lewat kandungan dan ada yang lahir spontan lewat teratai ?



Sang Buddha memberitahukan kepada Maitreya Bodhisattva :

Apabila ada makhluk yang berharap terlahir di tanah suci Amitabha Buddha, namun mereka mempunyai keraguan pada saat melakukan penghimpunan karma baik. Mereka tidak memahami tentang kebijaksanaan seorang Buddha, seperti kebijaksanaan tak terbayangkan, kebijaksanaan tak terlukiskan, kebijaksanaan Mahayana tak terbatas, dan kebijaksanaan tak tertandingi. Mereka tidak mempercayai bahkan meragukan kebijaksanaan tersebut.


Namun, mereka amat yakin tentang dosa dan pahala, dan mereka selalu memupuk karma baik, berharap dapat terlahir di alam Sukhavati. 


Makhluk semacam ini akan terlahirkan di tanah suci itu dan menjalani masa hidup 500 tahun di dalam istana mustika.


Mereka tidak pernah bertemu Amitabha Buddha, ataupun mendengarkan khotbahnya. Mereka juga tidak pernah bertemu dengan para Bodhisattva dan Sravaka.


Oleh karena itu, di tanah suci Amitabha Buddha disebut dengan istilah terlahir lewat kandungan.


* * *




Lagi, ada makhluk yang percaya tentang kebijaksanaan seorang Buddha, seperti kebijaksanaan tak tertandingi. Mereka mengumpulkan karma baik dan menyalurkan jasa-jasa kebajikan itu kepada makhluk lain.


Makhluk seperti ini akan terlahir spontan, duduk bersila di atas sekuntum bunga teratai yang terbuat dari 7 macam mustika. Dalam sekejab tubuhnya, tampilan fisiknya, cahayanya, kebijaksanaannya dan kebajikannya setara dengan Bodhisattva yang berada di alam Sukhavati.


* * *




Yang Arya Ajita. Selain itu, banyak sekali Bodhisattva yang berada di berbagai tanah suci Buddha yang berada di segala penjuru berharap dapat bertemu dengan Amitabha Buddha dan para Bodhisattva serta para Sravaka, dan mengadakan puja bakti kepada mereka.


Bodhisattva seperti itu, setelah hayatnya berakhir, akan terlahir di tanah suci Amitabha Buddha secara spontan, di dalam bunga teratai yang terbuat dari 7 mustika.


Yang Arya Ajita. Ketahuilah, bahwa umat yang lahir secara spontan memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dibandingkan umat yang lahir lewat kandungan.


Selama 500 tahun mereka tidak dapat bertemu Amitabha Buddha, ataupun mendengar Dhamma, juga tidak dapat berjumpa dengan para Bodhisattva dan Sravaka.


Mereka juga tidak dapat melakukan puja bakti kepada para Buddha dan tidak dapat menjalankan latihan Bodhisattva, mereka tidak dapat berbuat kebajikan apa-apa di sana.


Ketahuilah, bahwa semua itu dikarenakan mereka tidak bijaksana dan memiliki keraguan terhadap Buddha-Dhamma dalam kehidupan masa lalunya.


* * *




Sang Buddha berkata kepada Maitreya Bodhisattva :

Seumpamanya adalah seorang Raja dunia memiliki sebuah istana khusus berhiasan 7 mustika. Terdapat segala perabotannya, seperti beragam ranjang dengan berbagai bahan mustika, tirai dan kanopi berbahan sutra.


Bila salah seorang pangerannya melawan sang Raja dunia, maka ia akan dimasukkan ke dalam istana megah itu lalu dikunci dengan beberapa gembok emas. Seperti halnya Raja dunia, sang pangeran akan disuguhi dengan hidangan makanan lezat dan minuman segar, pakaian-pakaian dan selimut-selimut indah, serta pertunjukan musik yang memukau. Tak ada yang kurang di istana mustika itu.


Apa pendapatmu, Yang Arya Ajita, apakah pangeran ini menikmati kehidupannya di istana itu ?



Maitreya Bodhisattva menjawab :

Tidak, Sang Bhagava. Mereka akan mencari akal untuk menghimpun kekuatan agar dapat kabur dari istana itu.




Sang Buddha berkata kepada Maitreya Bodhisattva :

Yang Arya Ajita. Demikian juga yang dirasakan para umat yang lahir lewat kandungan itu. Dikarenakan mereka meragukan kebijaksanaan Buddha, maka mereka terlahir di istana 7 mustika itu. Tidak ada hukuman apapun di sana, bahkan tidak ada sekalipun sentuhan kasar diterimanya.


Namun, selama 500 tahun, mereka tidak pernah menghormati Triratna dan tidak dapat melakukan puja bakti ataupun mengembangkan akar kebajikannya. Itulah penderitaan mereka.


Meskipun banyak kesenangan yang disediakan, namun mereka tidak sepenuhnya menikmati kehidupan di sana.


Akan tetapi, jika makhluk-makhluk itu menyadari kesalahan-kesalahannya, memperbaiki cara pandangnya, dan dengan tulus memohon agar dapat meninggalkan tempat itu, maka keinginan mereka akan dipenuhi oleh Amitabha Buddha.


Lantas mereka segera dapat mengunjungi istana di mana Amitabha Buddha berada dan melakukan puja bakti dengan penuh rasa hormat. Mereka juga sudah dapat mengunjungi dunia yang tak terkira jumlahnya, dan menemui para Buddha yang tak terhitung jumlahnya untuk menanam benih kebajikan.


Yang Arya Ajita. Ketahuilah bahwa mereka yang masih memiliki keragu-raguan terhadap Buddha-Dhamma pasti akan kehilangan memperoleh kesempatan baik. Sebaliknya, seseorang seharusnya memahami dan mempercayai kebijaksanaan tak terbatas seorang Buddha.