Halaman

BAB 36


BAB 36 - Nasihat Serius Lainnya


Sang Buddha berkata kepada Maitreya Bodhisattva :

Yang Arya Ajita. Seperti yang telah Aku katakan kepada kalian semua, manusia yang berada di dunia ini terjebak di dalam 5 kejahatan. Akibatnya, mereka mengalami 5 penderitaan, yang kemudian berbuahkan 5 kebakaran.



Mereka berbuat banyak sekali karma buruk akan tetapi tidak memperkuat akar kebajikan, sehingga mereka tergelincir dan jatuh ke dalam alam sengsara.


Ada pula sekelompok orang bahkan masih hidup saja sudah mengalami penderitaan hebat, seperti sakit berkepanjangan yang diakibatkan dosa-dosa mereka, hidup sengsara mati pun susah.


Kemudian, setelah mati, mereka terjatuh ke 3 alam derita untuk merasakan sakit yang amat menakutkan dan tiada batasnya, bagai api membakar tubuhnya.


Orang-orang seperti itu pada awalnya hanya membawa sedikit rasa benci di dalam pikirannya, namun seiring berjalannya waktu, kebencian itu berkembang menjadi kejahatan yang besar.


Akibat keserakahan terhadap harta duniawi, mereka pelit untuk berdana.


Terjebak di dalam lumpur kebodohan, mereka tidak dapat berpikir jernih dan tak mampu melepaskan diri dari penderitaan.


Mereka bersaing demi keuntungan pribadi, tidak pernah memikirkan akibatnya.


Ada juga orang-orang yang selalu tertarik untuk mencari harta sebanyak-banyaknya dan kedudukan setinggi-tingginya, mereka tidak menghiraukan Dhamma dan Hukum Karma.


Padahal apa yang mereka raih tidak abadi, pasti akan lenyap.


Dikarenakan beberapa hal sepele, mereka harus menderita akibat melalui banyak kehidupan.


Sementara Hukum Karma berlaku bagi siapa saja, dan pembalasan tidak dapat dielakkan. 


Orang-orang yang berdosa terjebak di dalam jaring pembalasan, sendirian dan penuh ketakutan.


Semenjak beberapa kalpa yang lalu hingga sekarang telah ada penderitaan semacam itu.



* * *




Sang Buddha memberitahukan kepada Maitreya Bodhisattva : 


Yang Arya Ajita. Para Buddha amat prihatin terhadap kesengsaraan di dunia ini. Melalui kesaktian mereka, para Buddha berusaha melenyapkan segala sumber kejahatan, membimbing manusia untuk meninggalkan kebiasaan berpikir mereka, menjunjung tinggi Sutra dan sila, mempelajari Dhamma tanpa keragu-raguan maupun penyimpangan. Pada akhirnya mereka akan melampaui dunia dan mencapai nibbana.


* * *




Sang Buddha melanjutkan :


Kalian, para Dewa dan manusia yang berada di masa mendatang, apabila kalian telah menerima ajaran Buddha, maka haruslah selalu merenungkannya, agar dapat tetap berpikiran jernih pada saat mengambil keputusan yang tepat di dalam setiap tindakan.


Seorang pemimpin yang mengembangkan kebajikan harus dijadikan contoh bagi para menterinya, yang pada gilirannya, para menteri itu memerintahkan kepada seluruh pejabat untuk menjaga perilaku yang benar.


Semua harus memuja para suci dan menghormati nilai-nilai keluhuran, dan bersikap baik dan penuh cinta kasih terhadap sesama. Jangan sampai gagal dalam menjalankan ajaran Buddha.


Semua orang harus berusaha melampaui dunia dan mencabut akar-akar kejahatan yang menyebabkan kelahiran yang berulang-ulang, meninggalkan kecemasan yang tak terlukiskan dan penderitaan yang dirasakan di 3 alam rendah.


Kalian harus banyak-banyak menanam akar kebajikan dan melatih 6 paramita : dana, sila, samadhi, virya, ksanti dan prajna.


Kalian harus mengajarkan Dhamma kepada orang lain, yang pada akhirnya akan banyak orang yang dapat dididik untuk berbuat kebajikan dan memperbaiki pikiran dan niat seseorang.


Seandainya seseorang mengamalkan sila dengan setulus-tulusnya dalam sehari dan semalam di dunia Saha ini, maka buah kebajikan yang akan dipetiknya sama dengan orang yang menanam kebajikan selama 100 tahun di tanah suci Amitabha Buddha.


Mengapa demikian ?


Karena di tanah suci itu sangat suci, dan para rakyatnya tidak memiliki niat jahat walaupun setipis ujung rambut. Mereka hanya tertarik pada pengumpulan karma baik.




* * *


Seandainya seseorang memupuk kebajikan dengan setulus-tulusnya selama 10 hari dan 10 malam di dunia Saha ini, maka buah kebajikan yang akan dipetik sama banyaknya dengan orang yang menanam kebajikan selama 1.000 tahun di tanah suci Amitabha Buddha.


Mengapa demikian ? 


Karena para rakyat, baik Dewa maupun manusia yang berada di tanah suci Buddha semuanya hanya memiliki kesempatan untuk berbuat kebajikan, tidak ada kesempatan untuk berbuat kejahatan. Mengumpulkan dan memupuk benih-benih karma baik sudah menjadi kegiatan rutin mereka sehari-hari.


Bertolak belakang dengan keadaan di tanah suci, orang-orang di dunia Saha sudah terbiasa merasakan penderitaan hanya untuk meraih kebahagiaan semu, dan manusia juga sudah terbiasa saling sikut menyikut.


Pikiran dan tubuh selalu kelelahan, mereka sudah terbiasa dengan kepahitan dan racun. Keburukan mereka seakan-akan tiada akhirnya.


Di dunia ini terdapat banyak keburukan, dan berbuat kebajikan bukanlah kegiatan yang wajar. Berbuat kebaikan berarti telah melampaui dunia.


* * * 




Aku merasa prihatin kepada para Dewa dan manusia, dan dengan susah payah, Aku membimbing kalian untuk mengumpulkan kebajikan. Sesuai dengan kemampuan masing-masing.


Aku menuntun dan mengajari kalian dengan Dhamma untuk kalian laksanakan, sehingga kalian akan mencapai kesadaran seperti yang kalian harapkan.


Ke mana saja Buddha berada, baik di perkotaan maupun di perdesaan, tidak ada yang kelakuannya yang gagal diluruskan.


Dunia akan damai tenteram, matahari dan bulan akan bersinar, dan angin dan hujan akan turun pada waktunya. Negeri tidak akan dilanda bencana alam maupun epidemi.


Negara makmur dan rakyat hidup dalam kedamaian, tidak ada peperangan senjata. Manusia mengagumi kesucian dan menghargai kebajikan, mereka belajar untuk menjadi sopan santun dan saling memikirkan keuntungan bersama.



* * *



Sang Buddha melanjutkan wejangannya  :


Aku merasa prihatin kepada para Dewa dan manusia melebihi orang tua yang mengasihi anak-anaknya.


Sekarang Aku telah mencapai kebuddhaan di dunia Saha ini, dan Aku mengajarkan tentang pelenyapan 5 kejahatan, menghilangkan 5 penderitaan dan memadamkan 5 kebakaran.


Aku menyerang keburukan dengan kebajikan untuk mengakhiri penderitaan perputaran kelahiran-kematian, menuntun semua makhluk untuk menghimpun 5 sifat baik dan mencapai nibbana, yang merupakan kebebasan dari sebab-akibat.


Setelah aku parinibbana, Buddha-Dhamma akan secara bertahap mulai terlupakan. Manusia akan kembali melanjutkan cara hidup jahat, seperti kata-kata manis dan kebohongan, dan akan merasakan 5 penderitaan dan 5 kebakaran seperti sedia kala.


Tingkat keparahan kondisi mereka tak dapat diucapkan lagi. Aku hanya menyampaikannya hingga di sini saja.


* * *



Sang Buddha berkata kepada Maitreya Bodhisattva :


Yang Arya Ajita. Engkau sudah seharusnya merenungkan hal ini, dan menasihati para umat dengan jalan Buddha-Dhamma, agar mereka tidak melanggarnya.


Kemudian Maitreya Bodhisattva ber-anjali dan berkata :


Sang Bhagava. Apa yang Buddha katakan amat benar, manusia di dunia ini memang bertabiat seperti itu. Sang Tathagata, penuh dengan cinta kasih dan welas asih, telah menuntun kami kepada pembebasan. Nasihat dari Sang Buddha pasti tidak akan kami tentang atau lupakan.