Halaman

BAB 32


BAB 32 - Sifat Buruk dan Sifat Baik Bagian Kedua


Sang Buddha berkata :


Bagian kedua dari 5 sifat buruk adalah manusia; para orang tua, anak-anak, pasangan dan kerabat. Tidak mengikuti ajaran suci dan suka melanggar peraturan. Mereka hanya berhura-hura di dalam pemborosan dan mengumbar nafsu keinginan.


Egois dan keras kepala, menipu orang lain. Mulut dan hatinya tidak selaras, ucapan dan hatinya tak pernah baik. Penjilat dan tidak jujur, pengumbar janji palsu. Memfitnah para suci dan orang baik, menuduh mereka berbuat kesalahaan.


Pejabat yang tidak becus dan berkolusi, yang membuat situasi dan kondisi sesuai dengan rencana jahat mereka. Berusaha mengoyang kedudukan orang lain. Bertentangan dengan hati nurani, mereka sengaja menjatuhkan pejabat yang setia dan jujur.


Menteri yang menipu Rajanya, anak-anak yang menipu orang tuanya. Begitu juga suami istri, sanak keluarga, dan kerabat saling menipu.


Terikat oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan, yang puas akan keuntungan diri sendiri. Yang terhormat atau yang terhina, yang berkedudukan tinggi ataupun yang rendah, mereka bermental biadab yang sama.


Mereka mencoba menyimpan kebusukannya, membawa masalah dan kehancuran untuk keluarganya bahkan mengakibatkan kematian bagi dirinya sendiri.


Para kerabat dan teman mungkin saja dilibatkan, dan seluruh suku mungkin saja dimusnahkan.


Terkadang, mereka mengajak keluarga, teman, penduduk desa, penduduk kota, orang-orang bodoh dan orang-orang tak beradab. Mereka melibatkan orang lain, dan amarah mereka berubah menjadi dendam.


Orang kaya kikir dan tidak mau membantu. Serakah pada pengumpulan harta benda, membuat lelah tubuh dan pikiran mereka. Akhirnya, mereka meninggal dunia tanpa membawa apapun.


Saat datang ia sendirian, pergi pun ia sendirian, tak ada yang bisa menemaninya.


Baik atau buruk, untung atau rugi, mengikuti mereka dalam menempuh kehidupan selanjutnya, bahagia atau derita. Penyesalan mereka terlambat datangnya.


Manusia umumnya bodoh dan tidak bijaksana. Bukannya menghormati orang suci, mereka malah membenci dan memfitnah orang suci itu.


Mereka berbahagia di dalam kejahatan dan dengan sengaja melanggar peraturan. Dalam benak mereka selalu ingin merebut harta benda milik orang lain. Setelah menghambur-hamburkan harta hingga habis mereka mencoba mencari kembali.


Karena mereka takut niat buruknya diketahui oleh orang-orang, namun mereka tidak memikirkan masa depannya, dan akhirnya penyesalannya terlambat di saat mereka tertangkap karena kejahatannya.


Dunia memiliki hukum dan penjara. Penjahat harus mempertanggung-jawabkan kejahatannya.


Pada kehidupan masa lampau, mereka tidak memperhatikan moralitas, apalagi memupuk kebajikan.


Pada kehidupan sekarang, mereka berbuat jahat. Para Dewa bahkan sudah mengenali mereka. Setelah mati mereka terjerumus ke dalam alam sengsara.


Oleh sebab itulah terdapat 3 alam sengsara dengan segala penderitaan dan kesengsaraannya yang tiada batasnya. Orang yang berdosa berpindah-pindah dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya, selama ber-kalpa-kalpa, tanpa mengetahui kapan akan terbebaskan. Sementara kebebasan sukar diraih, begitupun penderitaannya sukar dilukiskan.


Inilah bagian kedua dari 5 kejahatan, 5 penderitaan dan 5 kebakaran.


Bagaikan menderita sakit yang amat sangat parah, bagaikan api besar membakar tubuh.


Bila di tengah derita itu seseorang dapat menjaga pikirannya dan sekuat tenaga berbuat kebajikan, tidak berbuat kejahatan, ia akan memperoleh kebebasan, memperoleh jasa-jasa kebajikan, melampaui dunia dan mencapai nibbana.


Inilah bagian kedua dari 5 sifat buruk.