BAB 3 - Jalan Bodhisattva
Para Bodhisattva, 16 Tokoh Suci yang berada di dalam persamuan agung ini, semuanya mempunyai kesamaan seperti Sang Buddha. Mereka rajin mempelajari bermacam-macam Dhamma, lalu dipahami dan dilaksanakan. Dhamma-Dhamma yang diajarkannya merupakan intisari sehingga banyak umat terinspirasi dan mengamalkannya.
Mereka sering muncul di berbagai dunia, dan kepada siapa pun selalu sopan dan penuh cinta kasih, sikapnya tidak sombong sedikit pun serta tidak pernah memaksa.
Segala ajaran-ajaran tentang Pelaksanaan Bodhisattva pun telah mereka kuasai. Nama-nama mereka telah dikenal oleh umum, kemuliaan mereka tersebar ke dunia di 10 penjuru. Mereka dilindungi dan dipuji oleh para Buddha. Mereka berusaha mengajarkan apa yang para Maha Arya ajarkan.
Di bawah petunjuk dari para Tathagata, mereka termasuk di dalam golongan Bodhisattva serta guru besar yang mampu menyebarkan Jalan Utama.
Di bawah petunjuk dari para Tathagata, mereka termasuk di dalam golongan Bodhisattva serta guru besar yang mampu menyebarkan Jalan Utama.
Para Bodhisattva tersebut selalu mendalami meditasi sehingga kebijaksanaannya selalu berkembang, mereka adalah pendidik dan penunjuk jalan bagi semua makhluk. Dhamma apapun dapat mereka pahami dengan sekejap saja. Mereka juga mengetahui keadaan hidup semua makhluk beserta kondisi alamnya.
Saat para Bodhisattva itu melakukan puja bakti kepada para Buddha, mereka dengan kesaktiannya, secepat kilat saja sudah sampai di tanah suci di mana Buddha itu berada. Mereka juga mencapai ilmu tanpa ketakutan (Abhaya) dan memahami betul bahwa segala sesuatu hanyalah ilusi belaka.
Mereka merusak jaring-jaring Mara dan membebaskan para makhluk dari keterikatan dan hawa nafsu. Batin mereka sudah melampaui para Sravaka dan Pratyekabuddha, mereka telah mencapai 3 Samadhi, yaitu kekosongan (Sunya), tanpa kesan (Animitta), dan tanpa nafsu keinginan (Apranihita).
Mereka mempergunakan metode yang sangat praktis (Upaya) untuk menjelaskan kepada para umat tentang 3 Kendaraan (Triyana).
Mereka juga menunjukkan contoh parinibbana kepada umat yang berkebijkasanaan menengah dan rendah. Memahami hakikat tiada tindakan dan tiada pencapaian, tiada yang muncul dan tiada yang musnah.
Mereka menguasai kebenaran tentang Tubuh Keseimbangan Dhamma (Samata Dhammakaya) dan mantra (Dharani) yang tak terkira banyaknya, serta ratusan bahkan ribuan samadhi.
Mereka juga menunjukkan contoh parinibbana kepada umat yang berkebijkasanaan menengah dan rendah. Memahami hakikat tiada tindakan dan tiada pencapaian, tiada yang muncul dan tiada yang musnah.
Mereka menguasai kebenaran tentang Tubuh Keseimbangan Dhamma (Samata Dhammakaya) dan mantra (Dharani) yang tak terkira banyaknya, serta ratusan bahkan ribuan samadhi.
Seluruh panca indera dan kebijaksanaan ke-16 Bodhisattva itu selalu dalam keadaan keheningan yang tak tertandingi. Mereka menelusuri kedalaman Buddha-Dhamma dan mencapai kebahagiaan samadhi agung. Saat berada di dalam keadaan Samadhi yang mendalam, mereka dapat melihat para Buddha masa lampau.
Kemudian, para Bodhisattva itu menerangkan secara rinci setiap Sutra yang mereka sebarluaskan. Dengan sekejap renung, mereka mampu mengunjungi tanah suci Buddha mana saja yang hendak mereka kunjungi, tujuannya adalah menyelamatkan para makhluk yang masih menderita, baik umat yang aktif mencari jalan pembebasan maupun yang pasif.
Saat menjelaskan kebenaran dari Dhamma, mereka mempergunakan kemahiran berlidah fasih (Pratibhana) seorang Tathagata. Dengan menguasai berbagai bahasa, mereka mengajar dan menyucikan semua makhluk.
Batin mereka mampu menampung segala sesuatu yang ada di dunia, dan selalu memikirkan cara untuk memberikan sesuatu untuk para makhluk.
Mereka adalah pemimpin sekaligus sahabat dari segala jenis makhluk, dan mereka memikul semua beban dari para makhluk itu menuju Pantai Seberang.
Saat menjelaskan kebenaran dari Dhamma, mereka mempergunakan kemahiran berlidah fasih (Pratibhana) seorang Tathagata. Dengan menguasai berbagai bahasa, mereka mengajar dan menyucikan semua makhluk.
Batin mereka mampu menampung segala sesuatu yang ada di dunia, dan selalu memikirkan cara untuk memberikan sesuatu untuk para makhluk.
Mereka adalah pemimpin sekaligus sahabat dari segala jenis makhluk, dan mereka memikul semua beban dari para makhluk itu menuju Pantai Seberang.
Mereka menerima dan mempertahankan Dhamma Luhur yang diwejangkan oleh para Tathagata, dan mempertahankan dan menyebarkan karakter ajaran dari setiap Tathagata. Dengan memancarkan welas asih agung kepada seluruh makhluk, mereka selalu berbicara dengan penuh cinta kasih agar para makhluk dapat memperoleh mata Dhamma (Dhamma Caksu).
Para Bodhisattva itu juga mengatur para umat untuk menyumbat jalan 3 Alam Sengsara (Tridusgati), sementara pintu kebajikan (Kusala) tetap dibukanya lebar-lebar. Kemudian mereka mengalihkan segala Dhamma kepada para umat.
Sikap-sikap mereka seperti seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Mereka memperlakukan semua makhluk seperti memperlakukan dirinya sendiri.
Semua jasa-jasa kebajikan yang mereka kumpulkan disalurkan kepada seluruh makhluk, untuk dijadikan perbekalan guna menyeberang ke Pantai Seberang, agar mereka memperoleh kebajikan agung, kebijaksanaan tak tertandingi, dan pengetahuan sempurna para Buddha.
Semua jasa-jasa kebajikan yang mereka kumpulkan disalurkan kepada seluruh makhluk, untuk dijadikan perbekalan guna menyeberang ke Pantai Seberang, agar mereka memperoleh kebajikan agung, kebijaksanaan tak tertandingi, dan pengetahuan sempurna para Buddha.