Halaman

BAB 26


BAB 26 - Jasa-Jasa Kebajikan dari Para Bodhisattva


Sang Buddha berkata kepada Ananda :

Yang Arya Ananda. Ketahuilah, para Bodhisattva di tanah suci itu selalu membabarkan Dhamma Luhur kepada pengikutnya. Ajaran-ajaran yang diuraikan semua menurut kebijaksanaan dan kemampuan sang umat. Tak ada pertentangan maupun kesalahan.


Semua benda yang ada di tanah suci itu mereka pandang sebagai sesuatu yang tak kekal. Mereka juga tidak lagi diperbudak emosi. Mereka datang dan pergi, bergerak dan diam, dengan hati yang bebas dari kemelekatan.


Tidak melekat kepada cinta dan kesunyian, tidak memikirkan diri sendiri. Tiada persaingan ataupun perasaan curiga. Mereka berjiwa kasih sayang dan welas asih terhadap semua makhluk.


Selain itu, para Bodhisattva di alam Sukhavati amat lemah lembut. Amarah mereka sudah tiada. Jiwa dan pikiran mereka juga amat suci. Mereka tidak pernah malas dan lengah dalam menjaga kualitas, keunggulan, kedalaman dan konsentrasi di dalam pikiran mereka. Begitu juga kesukaan, rasa menghargai, dan kegembiraan dalam Buddha-Dhamma.


Pikiran mereka telah terlepas dari kejahatan, dan mereka menjalankan semua pelaksanaan Bodhisattva serta selalu memperbanyak jasa-jasa kebajikan.


Para Bodhisattva yang berada di alam Sukhavati juga telah mencapai tingkat Samadhi terluhur, menguasai kekuatan batin dan kebijaksanaan yang terang. Mereka mempelajari 7 faktor kesadaran (Sapta Bodhyanga) serta latihan-latihan lainnya berdasarkan Buddha-Dhamma.


Mata jasmaninya demikian jernih dan terang, dapat melihat segalanya. Mata Dewanya dapat melihat pada jarak yang tiada batas. Mata dhammanya dapat menganalisa makna-makna Dhamma. Mata kebijaksanaannya dapat melihat kebenaran yang dapat menyeberangkan mereka ke Pantai Seberang. Mata Buddhanya mampu melihat ke seluruh dhammadhatu.


Dengan kebijaksanaan tanpa halangan, para Bodhisattva tersebut mampu menjelaskan Dhamma kepada para umat. Memandang segala sesuatu di 3 alam kehidupan sebagai kekosongan, mereka bertekad mempelajari Buddha-Dhamma. Dengan berbekal lidah fasih, mereka membantu para umat mengatasi penderitaan.


Para Bodhisattva yang berada di tanah suci Amitabha Buddha, dapat mengerti makna-makna dari semua Dhamma yang diajarkan Tathagata. Dengan berbekal pengetahuan agung tentang nibbana dan lidah fasih, mereka hanya bergembira dalam pembabaran Dhamma. Mereka memperbanyak jasa-jasa kebajikan dan bertekad mencapai penerangan sempurna.


Karena mengetahui dengan jelas arti nibbana, para Bodhisattva itu berusaha mengakhiri perputaran roda kelahiran-kematiannya. Saat mereka mendengar Dhamma agung, mereka tak takut dan tak ragu untuk melatih diri mereka sesuai Dhamma itu.


Mereka memiliki welas asih teragung, terluas, dan luar biasa yang mereka berikan kepada seluruh makhluk tanpa terkecuali, dan mereka berusaha membawa mereka ke dalam Satu Kendaraan (Ekayana) menuju Pantai Seberang.



Demikian pula, segala jala-jala sesat semua diputuskan dengan kebijaksanaannya, segala metode dari Buddha-Dhamma semua disempurnakan dan dimiliki mereka. Kebijaksanaan mereka tidak berbeda dengan samudera, dan samadhi mereka seperti gunung Semeruraja.


Sinar kebijaksanaannya demikian terang hingga melampaui sinar bulan dan sinar matahari. Doktrin-doktrin Usaha (Virya) juga sempurna semua.


Para Bodhisattva itu seperti gunung salju, karena tubuh mereka bersinar dengan kebajikan yang luhur. Seperti bumi yang luas, karena mereka tidak membedakan yang suci dan yang hina, yang baik dan yang buruk.


Seperti air jernih, karena mereka membersihkan diri dari kekotoran batin yang menyebabkan penderitaan.

Seperti api besar, karena mereka seperti api ungun yang membakar semua penderitaan.

Seperti angin kencang, karena mereka dapat mengunjungi seluruh dunia tanpa hambatan.

Seperti langit luas, karena mereka tidak melekat kepada apa pun.

Seperti bunga teratai, karena mereka hidup di dalam dunia yang keruh.

Seperti Kendaraan Besar (Mahayana), karena mereka membawa seluruh makhluk untuk keluar dari perputaran hidup-mati.

Seperti awan tebal, karena mereka mengemuruhkan petir Dhamma untuk menyadarkan umat yang tertidur.

Seperti hujan lebat, karena mereka meneteskan madu sebagai air bagi seluruh makhluk.

Seperti gunung Intan, karena mereka tak tergoyahkan oleh Mara maupun para non Buddhis.

Seperti Raja Brahma, karena mereka paling terkenal di dalam menjaga Dhamma Luhur.

Seperti pohon beringin, karena mereka dapat menaungi semua.

Seperti bunga udumbara, karena mereka jarang ditemukan.

Seperti garuda bersayap emas, karena mereka menundukkan para umat dari pandangan salah.

Seperti burung peluncur, karena mereka tidak mengumpulkan apapun.

Seperti Raja kerbau, karena mereka tak terlihat.

Seperti Raja gajah, karena mereka terampil mempertahankan diri.

Seperti Raja singa, karena mereka tanpa rasa takut.

Seperti langit luas, karena mereka adil dalam memberikan cinta kasih.



Para Bodhisattva itu telah melenyapkan rasa iri hati, tidak ada lagi kehendak untuk mengungguli orang lain. Mereka bergembira dan tak pernah puas dalam mencari Dhamma. Mereka tanpa lelah menjelaskan Dhamma secara panjang lebar.


Mereka menggemuruhkan genderang Dhamma dan menegakkan panji Dhamma. Mereka memohon agar matahari kebijaksanaan selalu bersinar dan melenyapkan kegelapan batin.


Mereka hidup dalam 6 unsur keharmonisan dan kehormatan. Mereka selalu memberikan sedekah Dhamma. Mereka selalu berusaha mencapai kemajuan yang pesat, tak pernah merasa kepayahan ataupun rasa putus asa.


Mereka melayani seperti lampu yang menerangi dunia dan seperti lapangan kebajikan yang mulia. Mereka melayani seperti guru pembimbing yang mengajar secara setara tanpa perbedaan suka atau tidak suka.


Mereka hanya berbahagia berada di Jalan Utama tanpa kesukaan dan kebencian. Mereka mencabut dari nafsu keinginan agar para makhluk merasa nyaman. Jasa-jasa kebajikan mereka amat luar biasa sehingga tiada seorang pun yang tidak menghargai mereka. Mereka menghancurkan rintangan yang disebabkan 3 penderitaan dan tidak pernah memamerkan kekuatan batinnya.


Mereka telah memiliki berbagai kekuatan seperti

daya penyebab (Hetubala),

daya hubungan penyebab (Pratyayabala),

daya ideal (Asayabala),

daya tekad (Pranidhanabala),

daya fasilitas (Upayabala),

daya kekal (Nityabala),

daya perbuatan baik (Kusalabala),

daya konsentrasi (Samadhibala),

daya kebijaksanaan (Prajnabala),

daya banyak mendengar (Bahussatobala),

Damabala, daya sila (Silabala),

daya kesabaran (Ksantibala),

daya usaha (Viryabala),

daya meditasi (Dhyanabala),

daya menyeberangkan dengan kebijaksanaan (Prajnaparamitabala),

daya merenung yang benar (Samyaksmrtibala),

daya ketenangan batin (Samathabala),

daya 6 kekuatan batin (Sad Abhijnabala),

daya 3 macam kecemerlangan (Tisrovidyabala),

daya pengatur (Abhicarakabala),

dan lainnya, semua kekuatan telah lengkap mereka miliki.




Tubuh fisik para Bodhisattva itu amat agung dan dihiasi oleh kebajikan dan kefasihan lidah. Tiada yang dapat menandingi mereka. Mereka sering melakukan puja bakti kepada Buddha yang jumlahnya tak terhitung. Kebajikan mereka juga amat dipuji oleh para Buddha.


Mereka selalu menyempurnakan latihan Paramita yang perlu dipraktekkan oleh seorang Bodhisattva, dan mereka tekun melatih 3 samadhi  :  kekosongan (Sunyata), tiada kesan (Animitta), dan tiada nafsu keinginan (Apranihita).


Juga melatih diri dalam Samadhi tiada awal (Anutpanna) dan tiada akhir (Aniruddha).


Kesucian batin mereka sudah jauh melampaui para Sravaka maupun Pratyekabuddha.



Yang Arya Ananda. Demikian banyak dan sulit diperkirakan kepahalaan agung yang dihasilkan oleh para Bodhisattva di alam Sukhavati. Apabila dijelaskan secara luas, meskipun Kuuraikan hingga ratusan juta kalpa, tetap sulit terungkapkan.