Halaman

BAB 10


BAB 10 - Kebajikan dari Tanah Suci Amitabha Buddha


Ketahuilah, Yang Arya Ananda. Seluruh permukaan bumi dari tanah suci Amitabha Buddha terkombinasi dari unsur-unsur emas (Suvarna), perak (Rupya), lazuardi (Vaidurya), Kristal (Sphatika), bunga karang (Pravada), indung mutiara (Musaragalva), dan akik (Asmagarbha). 7 jenis permata yang bermutu tinggi.


Demikian pula lingkungan dari seluruh bumi amat lapang, luas, besar dan tanpa batas. Permata-permata yang menjadi bumi itu, semua disusun satu jenis demi satu jenis atau berganti-ganti, sehingga sinarnya mempesona dan berkilau.


Kelihatan demikian indah, megah, jernih dan menakjubkan, melebihi seluruh dunia di 10 penjuru. Mutu permatanya tidak berbeda dengan permata surga Paranirmitasvara.


Lagi, Yang Arya Ananda. Di tanah suci Amitabha Buddha tidak ada 4 musim, maka baik musim semi, gugur, salju, maupun panas, suhunya sama, tidak dingin atau panas, yang terasa hanya kesegaran dan kenyamanan.


Berkat kebajikan dari Amitabha Buddha, lewat kesaktiannya, segala benda muncul sesuai kebutuhan rakyatnya. Di alam itu juga tiada Alam Kesedihan, seperti neraka, setan kelaparan, dan hewan.


Lagi, tanah suci Amitabha Buddha tidak terdapat gunung Semeru atau gunung Cakravada dan gunung-gunung lain, juga tidak terdapat samudera, laut dangkal, sungai, selokan, ngarai atau lembah.”





Lalu Ananda bertanya kepada Sang Buddha :

“Sang Bhagava, bagaimanakah tanah suci itu tidak mempunyai gunung Semeru ?

Surga-surga dari Catur Maha Raja Kajika dan surga Trayastrimsa akan bertempat di mana ?”





Sakyamuni Buddha menjawab Ananda :

“Yang Arya Ananda. Jika menurut anggapan anda, surga-surga tersebut harus mempunyai gunung Semeru sebagai pesandaran, maka, surga Yama terus ke atas hingga surga Akanistha semuanya menyandar kepada apa ?”



Yang Arya Ananda berkata: “Karma baik atau jahat, pasti ada akibatnya. Sungguh makna itu tak mudah diperkirakan, Sang Bhagava.”




Sang Buddha melanjutkan :

“Betul, Yang Arya Ananda. Hukum karma tak mudah diperkirakan, apalagi, tanah suci-tanah suci yang dimiliki oleh para Tathagata akan lebih sulit diperkirakan.

Pada hakikatnya, setiap umat dapat memiliki kebajikan dan kekuatan tergantung dari karma mereka.”




Yang Arya Ananda menjawab : 

“Aku sama sekali tidak akan sangsi terhadap Dhamma yang dibabarkan oleh Sang Bhagava. Hanya demi memberantas keragu-raguan di dalam pikiran umat pada masa mendatang, maka aku menanyakan tentang maknanya kepada Sang Buddha.”